Fasilitas Canggih, China mengumumkan beroperasinya fasilitas penelitian dasar laut terbaru milik mereka. Laboratorium tersebut berlokasi di Laut China Selatan sejauh 200 kilometer dari pesisir Provinsi Hainan. Kini, China sudah memiliki fasilitas laboratorium bawah laut di perbatasan utara, laut, selatan, dan barat. Fasilitas lainnya telah dibangun di lepas pantai Provinsi Shandong, Zhejiang, dan Guangdong.
China telah memperkuat kehadirannya di Laut China Selatan dengan membangun fasilitas bawah laut canggih yang beroperasi di wilayah yang tumpang tindih dengan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia. Fasilitas-fasilitas ini tidak hanya berfungsi untuk penelitian ilmiah, tetapi juga memiliki potensi militer yang signifikan, menambah kompleksitas sengketa wilayah di kawasan tersebut.
Lokasi Strategis di Laut China Selatan
China mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan melalui garis sembilan garis putus-putus (Nine-Dash Line), yang mencakup area-area seperti Kepulauan Spratly dan Macclesfield Bank. Beberapa fasilitas bawah laut China terletak di dekat wilayah yang tumpang tindih dengan ZEE Indonesia, seperti di sekitar Selat Sunda dan Laut Sulawesi .
Fasilitas Bawah Laut China: Penelitian atau Potensi Militer?
Stasiun Riset Bawah Laut
China berencana membangun stasiun riset bawah laut yang berlokasi sekitar 1.828 meter di bawah permukaan Laut China Selatan, utara Indonesia. Stasiun ini dirancang untuk menampung enam ilmuwan selama misi jangka panjang, dengan tujuan memantau aktivitas tektonik dan perubahan ekosistem secara real-time. Fasilitas ini diperkirakan akan beroperasi pada tahun 2030 .
“Great Underwater Wall”
Program “Great Underwater Wall” adalah sistem pemantauan bawah laut yang dikembangkan oleh China State Shipbuilding Corporation (CSSC). Sistem ini mencakup sonar pasif dan aktif, drone bawah laut tak berawak (UUV), serta kapal permukaan tak berawak (USV). Salah satu elemen utamanya adalah sensor hidroakustik yang ditempatkan di dasar laut hingga kedalaman 3.000 meter, dengan beberapa elemen sistem ini telah ditempatkan di Laut China Selatan
Dampak terhadap Indonesia dan Negara Tetangga
Penemuan Drone Bawah Laut China di Indonesia
Pada tahun 2021, Indonesia menemukan drone bawah laut tak berawak milik China di sekitar Selat Sunda, dekat Pulau Selayar, Sulawesi Selatan. Drone ini kemungkinan digunakan untuk memetakan dasar laut dan kondisi akustik, yang dapat membantu China dalam merencanakan jalur bagi kapal selamnya agar tidak terdeteksi. Penemuan ini menyoroti potensi penggunaan teknologi bawah laut China untuk tujuan militer di wilayah yang dekat dengan Indonesia .
Tantangan bagi Negara-Negara ASEAN
Kehadiran fasilitas bawah laut China di Laut China Selatan meningkatkan ketegangan dengan negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia. Meskipun China mengklaim bahwa fasilitas-fasilitas ini untuk tujuan ilmiah. Banyak negara di kawasan ini yang khawatir akan potensi penggunaan ganda fasilitas tersebut untuk tujuan militer. Hal ini menambah kompleksitas sengketa wilayah dan menantang kedaulatan negara-negara yang terlibat.
Kesimpulan
Fasilitas bawah laut canggih China yang beroperasi di Laut China Selatan. Berdekatan dengan wilayah Indonesia, menunjukkan perkembangan teknologi yang pesat dan strategi geopolitik yang ambisius. Meskipun tujuan awalnya adalah untuk penelitian ilmiah, potensi penggunaan militer dari fasilitas-fasilitas ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan negara-negara tetangga. Penting bagi Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan terhadap perkembangan ini. Hal ini juga serta memperkuat kerjasama regional untuk menjaga stabilitas dan keamanan kawasan.